CARI DI SINI !

Google

Thursday, November 27, 2008

MEMBANGUN JIWA ENTREPREUNERSHIP DENGAN MENYINGKIRKAN BELENGGU DIRI

Buku ini menginspirasi pembuatan makalah untuk kepentingan Pelatihan Menghadapi Dunia Kerja yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Dan Konsultasi Sumber Daya Manusia dan Alumni [FKK SDM] Universitas Adi Buana Surabaya.
Dari sadapan buku ini lahirah makalah dengan judul. "Membangun jiwa Enterpreuneurship dengan menghilangkan belenggu diri"
Di sampaikan pada :Forum Komunikasi Dan Kunsultasi Sumber Daya Mahasiswa dan Alumni –FKK SDMA--Universitas Adi Buana Surabaya
29 Nopember 2008
PENGANTAR
[Makalah ini terinspirasi dari buku “Menyingkirkan Belenggu Diri—AN.Ubaedy]’
Makalah ini juga diposting pada blog :cargo bina mahasiswa-- http://bina-mahasiswa.blogspot.com/

Ketika kita mengatakan bahwa entrepreneurship itu adalah budaya, maka didalamnya akan mengandung dua nilai ikutan, yakni kemampuan [capability] dan kebiasaan [habits].
Oleh karenanya untuk menjadi seorang entrepreneur maka harus membekali dirinya dengan sebuah kapabilitas yang selanjutnya dilakukan pembiasaan. Kapabilitas itu yamg akan mengidentifikasi jenis peminatan yang ditekuni.
Seorang yang pandai membuat layang-layang, bila secara terus menerus melakukan pembiasaan, maka akan terbangun personalitas atau sosok manusia yang ahli dibidangnya, sekaligus menekuninya. Kegagalan untuk mengapai sosok yang berlabel entrepreneur, lebih banyak disebabkan oleh pola sikap “anti pembiasaan”, kata yang paling popular acapkali disebut dengan perilaku mudah putus asa.
Putus asa itu sangat pribadi sekali, oelah karena itu kadarnya sangat spesifik, karena sangat pribadi itulah, maka solusi menuju ranah entrepreneurship adalah upaya serius untuk menyingkirkan “Belenggu Diri”. Inilah sebuah inspirasi yang harus di kedepankan.

KESADARAN BERTANGGUNG JAWAB
Orang yang memiliki kesadaran bertanggung jawab, hampir dapat dijamin kadar keputusasaannya rendah. Terdapat beberapa butir pernyataan yang mendekatkan kita pada ranah tanggung jawab.
  • Kitalah yang bertanggung jawab atas keyakinan kita
  • Kitalah yang bertanggung jawab atas isi pikiran kita
  • Kitalah yang bertanggung jawab atas tindakan kita

Ketiga butir pernyataan inilah yang yang berikan indikasi pada seorang-orang yang bertanggung jawab.
Stephen Covey, dalam bebarapa temuannya mengidentifikasikan kadar tanggung jawab, menurutnya, seorang-orang dengan kadar tanggung jawab rendah mengkondisikan pola sikap reaktif dan ikut-ikutan. Oleh karenanya mengandalkan pihak luar [eksternal]. Sedang kadar tanggung jawab yang tinggi akan membuat personalitas yang proaktif, ditandai dengan kuatnya niatan, dan kuatanya membangun citra diri. Orang yang menempati ranah pro aktif membutuhkan orang lain, tetapi tidak mengandalkannya.

Ciri Orang Reaktif:

  • Berpikir bahwa dirinya bukan sumber solusi
  • Menempati posisi/peran sebagai korban orang lain
  • Menempati posisi/peran sebagai korban perubahan
  • Tidak memilki tujuan yang jelas
  • Cenderung menolak fakta, lari dari kenyataan, mudah konflik, tidak memilki komitmen dan sangat mudah ingkar janji

Ciri Orang Proaktif:

  • Memiliki tujuan yang jelas dan memilki komitmen untuk memperjuangkan
  • Memiliki nitan dan komitmen yang kuat
  • Menempati posisi/peran sebagai penentu keputusan
  • Mampu mengantisipasi perubahan
  • Mampu menjalin hubungan dengan orang lain secara harmonis dan sling pengertian
  • Menempatkan diri sebagi sumber solusi atas masalahnya, atau masalah orang lain

TRIPLE ENERGY SEORANG ENTREPRENEUR
K
ata dinamika juga berlaku pada diri seorang entrepreneur, bio rhythmic acap kali naik turun. Namun seorang entrepreneur dituntut untuk menjaga level itu, bahkan harus ada upaya memompa. Ada beberapa energy yang harus dipompakan pada seorang entrepreneur, diantarnya adalah:
1. Menaikkan level prestasi
2. Menambah bekal dan Persiapan
3. Menambah tindakan

Menaikkan level:
Jika tahun kemarin kita berkeinginan untuk menjadi seorang staf pada sebuah perusahaan dan tahun ini keinginan itu tercapai maka saatnya bagi kita untuk menaikkan keinginan lagi ke level yang lebih tinggi.
Dalam menaikkan level tersebut, harus dibarengi dengan strategi mengemas tejuan dengan baik. Kemasan itu disebut dengan S-M-A-R-T à banyak orang menyebutnya “Formula SMART” [Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Time Scale]

  • Specific: adalah jelas, utuh, dan berbentuk sebuah simpulan tunggal. Jika di metaporakan seperti kita sedang menedang bola dengan sasaran spesifik gawang lawan.
  • Measurable: adalah memiliki ukuran yang berberbentuk padanan fisk agar kita mudah mengukur. Artinya harus lebih oprasional
  • Attainable; adalah memilki kelayakan rasional untuk kita capai. Kalau langkah kita sudah sampai pada anak tangga ke tiga, tentu sangat mask akal kalau kita punya keinginan naik ke anak tangga keempat.
  • Relevant; adalah memiliki tingkat relevansi yang tinggi dengan kondisi diri kita, guna membangkitkan motivasi dalam diri kita
  • Time Scale, adalah memiliki jenjang waktu [tahapan] untuk mencapainya, dan bukan sekaligus.

Menambah bekal Persipan:
Mendongkrak level, haruslah diikuti dengan menambah pengetahuan , pengalaman, dan keahlian. Pengetahuan yang kita butuhkan dapat kita ambil dari berbagai sumber

  1. Teori. Termasuk pendidikan formal, mengkuti seminar, pelatihan
  2. Praktik. Termasuk dalam kategori praktik yang dilakukan diri sendiri, praktik yang dilakukan orang lain
  3. Abstaraksi, melakukan perenungan untuk mendukung teori dan praktik

Menambah Tindakan
Menambah tindakan dimaksudkan upaya mencapai sasaran dengan cara:

  1. Menmbah kunatitas aktivitasà kerja keras
  2. Menggenapkan multi kecerdasanà IQ, EQ dan SQ
  3. Mengganti model aktivitas yang multi varians

Catatan:

Kita menuju ranah :

  1. Be more--- menjadi yang lebih dari yang sekarang
  2. Know more---tambahlah pengetahuan
  3. Do more -- tambahlah tindakan

MELATIH KEHARMONISAN

  1. Meniru watak Air--- kuncinya: mempertahankan esensi, adaptasi
    dan punya dinamika mengalir.
  2. Mengasah kreativitas-- kuncinya “seek first to understand”, jalan untuk bisa dipahami orang lain adalah memahami dulu orang lain
  3. Menghilangkan mentalitas kerdil-- kuncinya punya filsafah hidup memberi daripada meminta, menghilangkan sikap mengumpat di belakang, dan mengkikis sikap mempertentangkan, ganti fight againt ke fight for.
  4. Kematangan ber seni--kuncinya, tidak mengada-ada, tidak membiarkan apa adanya, dan “make the best”
  5. Beradaptasi pada “kavling kosong”-- jika kita berinteraksi dengan orang lain, kita harus mampu menempatkan diri pada “posisi” dan “disposisi”. Memipin-dipimpin atau sama-sama memimpin

Data Buku:

JUDUL: Menyingkirkan Belenggu Diri

PENULIS: AN. Ubaedy

PENEBIT:Khalifa [Pustaka Al-Kautsar Group] Jln. Cipinang Muara Raya No. 63--Jakarta Timur 13420. E-mail : kautsar@centri.net.id.co.id http://www.kautsar.co.id/ISBN: 979-99871-7-2

CETAKAN: I- Pebruari 2006TEBAL: xx + 176 hlm

Monday, November 17, 2008

MEMBINA HUBUNGAN UNTUK MERAIH SUKSES DAN BAHAGIA

90% KEGAGALAN DIKARENAKAN KEGAGALAN MEMBINA HUBUNGAN

Untuk membangun pribadi unggul banyak dibutuhkan kemampuan bagaiman menjalin hubungan dengan orang lain. Kuncinya adalah bagaimana kita menumpuk pemahaman jati diri kita, sekaligus juga memahami orang lain. Ketika modal pemahaman itu kita raih semua, baik diri atau jati diri orang lain, langkah mudah yang harus dimainkan adalah menyesuaikan diri. Untuk memahami kunci-kunci itu, Cargo ini akan menyadap buku buah kreasi Les Giblin, "The Art Of Dealing With People"
Buku ini menuturkan bahwa penyebab 90 % kegagalan dalam kehidupan adalah kegagalan dalam membina hubungan baik dengan orang. Olek karenanya hanya memilki pergaualan bukanlah jawaban yang baik dalam mengentas sebuah kegagalan. Lebih dari itu semua orang harus mampu membuat makna ketika menjalin sebuah pergaulan.
Sebuah pergaulan itu lahir karena ada fenomena-fenomena berikut:
  • Suka atau tidak suka, tetap ada orang lain disekitar kita
  • Orang itu saling mempengaruhi, maka tindakan mempengaruhi orang lain adalah ketrampilan yang harus dimiliki

Buku ini membuka hati beku kita yang selama ini sulit dipecahkan, yakni kebekuan dalam memahi Ego manusia.
Terdapat empat fakta kehidupan terkait ego yang harus, dicamkan.
  1. Kita semua egois dalam arti positif sebagaimana di paparkan di atas, " yaitu mementingkan diri'
  2. Kita lebih tertarik pada diri sendiri dari pada apapun lainnya
  3. Setiap orang yang Anda jumpai ingin merasa dirinya penting dan "mempunyai nilai"
  4. Setiap orang sangat mengharapkan persetujuan dari orang lain. sehingga dia bis diri sendiri
maaf belum dilanjutkan