CARI DI SINI !

Google

Monday, December 29, 2008

MEMBINA MAHASISWA DENGAN 7-UP [Baca: Seven Up]

Tujuh Kata "Up' Untuk sukses

7-up itu lebih tersosialisasi sebagai minuman segara penahan dahaga, namun bagi Ongky Hojanto, diartikan sebagai pengembang sukses seorang-orang. cargo Mahasiswa akan membajak beberapa tulisan Ongky utamanya yang memiliki kisaran untuk membangun pribadi sukses para mahasiswa.
Tujuh kata "up' yang dimaksud adalah:
  1. Wake Up [bangun]: Tidak peduli beberapa banyak kali Anda agagal, tetapi jika Anda lebih banyak bangun dan memulai lagi Anda akan sukses
  2. Dress Up [berhias]: Kecantikan dari dalam jauh lebih penting daripada sekedar hiasan luar sementara. Milikilah mentalitas berkelimpahan, hasil dari suatu harga diri dan rasa aman yang mendalam. Mentalitas ini menghasilkan kesediaan untuk berbagi penghormatan, laba dan tanggung jawab
  3. Shut Up [berhenti bicara]: berhentilah berbicara tentang kesuksesan masa lalu. Sudah saatnya menfokuskan diri untuk kesuksesan masa depan
  4. Stand Up [berdiri]: Berdirilah teguh pada keyakinan awal bahwa Anda pasti berhasil
  5. Look Up [Pandanglah]: Saat peresmian Disney Land, seorang wartawan bertanya kepada isteri Walt Disney, "Bagaimana perasaan bapak kalau melihat impiannya terlah menjadi kenyataan dengan dibukanya Diney Land ini ?" Isteri walt Disney menjawab,"Ia telah melihat ini semua terjadi sebelum proyekl ini terbentuk." Lihatlah semua impian Anda dalam imajinasi Anda seakan-akan semuanya telah terjadi
  6. Reach Up [capailah]: Capailah sesuatu yang lebih tinggi dari prestasi sebelumnya karena itumenandakan bahwa Anda memang bertumbuh
  7. Lift Up [naikkan]: Naikkan semua impianmu dalam bentuk doa ucapan syukur seakan-akan semuanya telah terjadi.

Data Buku

JUDUL: The Secret to be more Succes !- 31 langkah menjadi pemenang
PENULIS: Ongky Hojanto
PENERBIT: Penerbit CV ANDI Offset Jl. Beo- 38-40. Telp. 0274-561881. Yogyakarta 55281
TEBAL: xvi + 208. 13 x 19 Cm
ISBN: 978-979-29-0500-7
sadapan dalam bagian terkecil buku ini

Thursday, November 27, 2008

MEMBANGUN JIWA ENTREPREUNERSHIP DENGAN MENYINGKIRKAN BELENGGU DIRI

Buku ini menginspirasi pembuatan makalah untuk kepentingan Pelatihan Menghadapi Dunia Kerja yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Dan Konsultasi Sumber Daya Manusia dan Alumni [FKK SDM] Universitas Adi Buana Surabaya.
Dari sadapan buku ini lahirah makalah dengan judul. "Membangun jiwa Enterpreuneurship dengan menghilangkan belenggu diri"
Di sampaikan pada :Forum Komunikasi Dan Kunsultasi Sumber Daya Mahasiswa dan Alumni –FKK SDMA--Universitas Adi Buana Surabaya
29 Nopember 2008
PENGANTAR
[Makalah ini terinspirasi dari buku “Menyingkirkan Belenggu Diri—AN.Ubaedy]’
Makalah ini juga diposting pada blog :cargo bina mahasiswa-- http://bina-mahasiswa.blogspot.com/

Ketika kita mengatakan bahwa entrepreneurship itu adalah budaya, maka didalamnya akan mengandung dua nilai ikutan, yakni kemampuan [capability] dan kebiasaan [habits].
Oleh karenanya untuk menjadi seorang entrepreneur maka harus membekali dirinya dengan sebuah kapabilitas yang selanjutnya dilakukan pembiasaan. Kapabilitas itu yamg akan mengidentifikasi jenis peminatan yang ditekuni.
Seorang yang pandai membuat layang-layang, bila secara terus menerus melakukan pembiasaan, maka akan terbangun personalitas atau sosok manusia yang ahli dibidangnya, sekaligus menekuninya. Kegagalan untuk mengapai sosok yang berlabel entrepreneur, lebih banyak disebabkan oleh pola sikap “anti pembiasaan”, kata yang paling popular acapkali disebut dengan perilaku mudah putus asa.
Putus asa itu sangat pribadi sekali, oelah karena itu kadarnya sangat spesifik, karena sangat pribadi itulah, maka solusi menuju ranah entrepreneurship adalah upaya serius untuk menyingkirkan “Belenggu Diri”. Inilah sebuah inspirasi yang harus di kedepankan.

KESADARAN BERTANGGUNG JAWAB
Orang yang memiliki kesadaran bertanggung jawab, hampir dapat dijamin kadar keputusasaannya rendah. Terdapat beberapa butir pernyataan yang mendekatkan kita pada ranah tanggung jawab.
  • Kitalah yang bertanggung jawab atas keyakinan kita
  • Kitalah yang bertanggung jawab atas isi pikiran kita
  • Kitalah yang bertanggung jawab atas tindakan kita

Ketiga butir pernyataan inilah yang yang berikan indikasi pada seorang-orang yang bertanggung jawab.
Stephen Covey, dalam bebarapa temuannya mengidentifikasikan kadar tanggung jawab, menurutnya, seorang-orang dengan kadar tanggung jawab rendah mengkondisikan pola sikap reaktif dan ikut-ikutan. Oleh karenanya mengandalkan pihak luar [eksternal]. Sedang kadar tanggung jawab yang tinggi akan membuat personalitas yang proaktif, ditandai dengan kuatnya niatan, dan kuatanya membangun citra diri. Orang yang menempati ranah pro aktif membutuhkan orang lain, tetapi tidak mengandalkannya.

Ciri Orang Reaktif:

  • Berpikir bahwa dirinya bukan sumber solusi
  • Menempati posisi/peran sebagai korban orang lain
  • Menempati posisi/peran sebagai korban perubahan
  • Tidak memilki tujuan yang jelas
  • Cenderung menolak fakta, lari dari kenyataan, mudah konflik, tidak memilki komitmen dan sangat mudah ingkar janji

Ciri Orang Proaktif:

  • Memiliki tujuan yang jelas dan memilki komitmen untuk memperjuangkan
  • Memiliki nitan dan komitmen yang kuat
  • Menempati posisi/peran sebagai penentu keputusan
  • Mampu mengantisipasi perubahan
  • Mampu menjalin hubungan dengan orang lain secara harmonis dan sling pengertian
  • Menempatkan diri sebagi sumber solusi atas masalahnya, atau masalah orang lain

TRIPLE ENERGY SEORANG ENTREPRENEUR
K
ata dinamika juga berlaku pada diri seorang entrepreneur, bio rhythmic acap kali naik turun. Namun seorang entrepreneur dituntut untuk menjaga level itu, bahkan harus ada upaya memompa. Ada beberapa energy yang harus dipompakan pada seorang entrepreneur, diantarnya adalah:
1. Menaikkan level prestasi
2. Menambah bekal dan Persiapan
3. Menambah tindakan

Menaikkan level:
Jika tahun kemarin kita berkeinginan untuk menjadi seorang staf pada sebuah perusahaan dan tahun ini keinginan itu tercapai maka saatnya bagi kita untuk menaikkan keinginan lagi ke level yang lebih tinggi.
Dalam menaikkan level tersebut, harus dibarengi dengan strategi mengemas tejuan dengan baik. Kemasan itu disebut dengan S-M-A-R-T à banyak orang menyebutnya “Formula SMART” [Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Time Scale]

  • Specific: adalah jelas, utuh, dan berbentuk sebuah simpulan tunggal. Jika di metaporakan seperti kita sedang menedang bola dengan sasaran spesifik gawang lawan.
  • Measurable: adalah memiliki ukuran yang berberbentuk padanan fisk agar kita mudah mengukur. Artinya harus lebih oprasional
  • Attainable; adalah memilki kelayakan rasional untuk kita capai. Kalau langkah kita sudah sampai pada anak tangga ke tiga, tentu sangat mask akal kalau kita punya keinginan naik ke anak tangga keempat.
  • Relevant; adalah memiliki tingkat relevansi yang tinggi dengan kondisi diri kita, guna membangkitkan motivasi dalam diri kita
  • Time Scale, adalah memiliki jenjang waktu [tahapan] untuk mencapainya, dan bukan sekaligus.

Menambah bekal Persipan:
Mendongkrak level, haruslah diikuti dengan menambah pengetahuan , pengalaman, dan keahlian. Pengetahuan yang kita butuhkan dapat kita ambil dari berbagai sumber

  1. Teori. Termasuk pendidikan formal, mengkuti seminar, pelatihan
  2. Praktik. Termasuk dalam kategori praktik yang dilakukan diri sendiri, praktik yang dilakukan orang lain
  3. Abstaraksi, melakukan perenungan untuk mendukung teori dan praktik

Menambah Tindakan
Menambah tindakan dimaksudkan upaya mencapai sasaran dengan cara:

  1. Menmbah kunatitas aktivitasà kerja keras
  2. Menggenapkan multi kecerdasanà IQ, EQ dan SQ
  3. Mengganti model aktivitas yang multi varians

Catatan:

Kita menuju ranah :

  1. Be more--- menjadi yang lebih dari yang sekarang
  2. Know more---tambahlah pengetahuan
  3. Do more -- tambahlah tindakan

MELATIH KEHARMONISAN

  1. Meniru watak Air--- kuncinya: mempertahankan esensi, adaptasi
    dan punya dinamika mengalir.
  2. Mengasah kreativitas-- kuncinya “seek first to understand”, jalan untuk bisa dipahami orang lain adalah memahami dulu orang lain
  3. Menghilangkan mentalitas kerdil-- kuncinya punya filsafah hidup memberi daripada meminta, menghilangkan sikap mengumpat di belakang, dan mengkikis sikap mempertentangkan, ganti fight againt ke fight for.
  4. Kematangan ber seni--kuncinya, tidak mengada-ada, tidak membiarkan apa adanya, dan “make the best”
  5. Beradaptasi pada “kavling kosong”-- jika kita berinteraksi dengan orang lain, kita harus mampu menempatkan diri pada “posisi” dan “disposisi”. Memipin-dipimpin atau sama-sama memimpin

Data Buku:

JUDUL: Menyingkirkan Belenggu Diri

PENULIS: AN. Ubaedy

PENEBIT:Khalifa [Pustaka Al-Kautsar Group] Jln. Cipinang Muara Raya No. 63--Jakarta Timur 13420. E-mail : kautsar@centri.net.id.co.id http://www.kautsar.co.id/ISBN: 979-99871-7-2

CETAKAN: I- Pebruari 2006TEBAL: xx + 176 hlm

Monday, November 17, 2008

MEMBINA HUBUNGAN UNTUK MERAIH SUKSES DAN BAHAGIA

90% KEGAGALAN DIKARENAKAN KEGAGALAN MEMBINA HUBUNGAN

Untuk membangun pribadi unggul banyak dibutuhkan kemampuan bagaiman menjalin hubungan dengan orang lain. Kuncinya adalah bagaimana kita menumpuk pemahaman jati diri kita, sekaligus juga memahami orang lain. Ketika modal pemahaman itu kita raih semua, baik diri atau jati diri orang lain, langkah mudah yang harus dimainkan adalah menyesuaikan diri. Untuk memahami kunci-kunci itu, Cargo ini akan menyadap buku buah kreasi Les Giblin, "The Art Of Dealing With People"
Buku ini menuturkan bahwa penyebab 90 % kegagalan dalam kehidupan adalah kegagalan dalam membina hubungan baik dengan orang. Olek karenanya hanya memilki pergaualan bukanlah jawaban yang baik dalam mengentas sebuah kegagalan. Lebih dari itu semua orang harus mampu membuat makna ketika menjalin sebuah pergaulan.
Sebuah pergaulan itu lahir karena ada fenomena-fenomena berikut:
  • Suka atau tidak suka, tetap ada orang lain disekitar kita
  • Orang itu saling mempengaruhi, maka tindakan mempengaruhi orang lain adalah ketrampilan yang harus dimiliki

Buku ini membuka hati beku kita yang selama ini sulit dipecahkan, yakni kebekuan dalam memahi Ego manusia.
Terdapat empat fakta kehidupan terkait ego yang harus, dicamkan.
  1. Kita semua egois dalam arti positif sebagaimana di paparkan di atas, " yaitu mementingkan diri'
  2. Kita lebih tertarik pada diri sendiri dari pada apapun lainnya
  3. Setiap orang yang Anda jumpai ingin merasa dirinya penting dan "mempunyai nilai"
  4. Setiap orang sangat mengharapkan persetujuan dari orang lain. sehingga dia bis diri sendiri
maaf belum dilanjutkan

Sunday, September 14, 2008

MEMBANGUN KEPRIBADIAN MAHASISWA YANG MAGNETIS

Kunci sukses dalam membina mahasiswa, membangun hubungan antar mahasiswa dalam sebuah interaksi diarahkan pada tingkat perhatian kita kepada karakteristik individu mahasiswa. Karekater inlah yang biasanya dimanfaatkan dalam mengelola persoalan-persoalan yang mungkin tuimbul dalam lingkup unit kegiatan[UKM]—Unit Kegiatan Mahasiswa, mulai dari persoalan yang amat sumir hingga persoalan yang amat rumit.
Kenyataan inilah yang harus diupayakan suatu bentuk startegi agar didalam interaksi organisasi dapat dicapai dengan sempurna. Guna mencapai tujuan, maka diperlukan strategi dalam bentuk perilaku keteladanan, yang biasanya dikatkan dengan bentuk kepribadian yang simpatik, dan acapkali disebut dengan kepribadian yang magnetis .


STRATEGI AIDDAS

ATTENTION/ PERHATIAN:
Startegi ini menekankan pada suatu wilayah afeksi yakni bagaimana seorang-orang memberikan atensinya terhadap orang lain. Bentuk sederhana ketika seorang-orang menghafal hari ulang tahun temanya .
Atensi diberikan ketika kondisi yang ekstrem, misalnya pada saat yang bahagia atau pada saat yang kurang menyenangkan.
Adapun bentuk atensi dapat berupa verbal atau kata-kata, atau hadiah. Atensi juga dapat diwujudkan dalam penguatan [reinforcement] ketika seorang-orang melakukan perbuatan terpuji.

INTERST:
Minat seorang mahasiswa yang diketahui sejak dini akan mudah dikembangkan dan diarahkan, sehingga potensi yang dimiliki akan dapat dilipatgandakan, yang pada akhirnya dapat dijadikan alat pemicu keberhasilan.
Dengan mengetahui minat dapat dijadikan titik tolak organisasi melakukan penyesuaian ketika melakukan penempatan [replacement], atau memberikan peran terhadap seorang-orang

DESIRE /HASRAT:
Sebagai anggota organisasi akan lebih senang manakala setiap ide atau gagasannya mampu mewarnai organisasi. Disamping memperoleh kebanggaan diri anggota organisasi merasa bahwa hasratnya dapat terwadahi.
Hasrat seorang anggota organisasi yang terperhatikan akan sukarela memberikan pengabdian terbaiknya, karena merasakan bahwa tujuan organisasi seirama dengan hasrat yang dimilikinya.

DECISION/PENGAMBILAN KEPUTUSAN:
Sebuah keputusan yang dimbil harus didukung oleh segenap informasi yang lengkap dan akurat. Oleh karenanya keputusan yang diambil harus melibatkan seluruh anggota organisasi .
Semakin lengkap dan akurat sebuah informasi yang diberikan, maka sebuah keputusan semakin mendekati kepastian, dan sebaliknya bila informasi yang diberikan kurang lengkap dan kurang akurat [invalid], maka ekeputusan justrau akan menghasilkan konflik.

ACTION/KERJA NYATA:
Sebuah keteladanan adalah contoh nyata yang mampu menggerakkan semangat para anngota keluarga. Keadaan ini harus disadari bahwa dalam manajemen sumber daya keluaraga keteladanan adalah modal utama daya penggerak keluarga.

SATISFACTION/KEPUASAN:
Dalam interaksi tidak pernah lepas dari persoalan konflik, karena konflik tumbuh dan berkembang dalam organisasi. Sepctrum perkembangannya seirama dengan perkembangan organisasi. Konflik inilah yang perlu dikendalikan, karena tujuan akhir pengendalian konflik adalah terciptanya sebuah kepuasan.
Kepuasan dalam organisasi selalu diawali dengan keinginan menghilangkan hambatan interaksi, sehingga nir penghambat [zero defect/ nir kecacatan, zero complain/ nir keluhan, dan zero accident/ nor kecelakaan.

Saturday, September 13, 2008

60 CARA PENGEMBANGAN DIRI


Ketika kita harus bergelut dengan cara pengembangan diri, maka banyak resep yang harus dipahami. Inilah sebuah persoalan ketika kita dalam ruang keterbatasan, namun jika mau mengembangkan kemapuan menggaruk informasi, semua yang kita lihat adalah sebuah solusi.
“Cargo” mencoba mengambil pokok-pokok pikiran Martha Mary McGraw, yang dituangkan lewat bukunya.
Data buku:
JUDUL: 60 Cara Pengembangan Diri
PENERBIT: Kanisius. Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281. Kotak Pos 1125/Yk. Yogyakarta 55011. Telepon [0274] 588783.
Website : http://www.kanisiusmedia.com/ E-mail : office@kanisiusmedia.com
ISBN: 979-413-217-9
CETAKAN: 21—2008
[buku ini merupakan terjemahan, 60 Ways to Let Yourself Graw, Liguori Publication. Ligouri, Missouri 63057, 1984, pp64]
Buku ini lebih sebagai gagasan inspiratif, ketika kita ingin mengembangkan diri, selanjutnya apa yang harus kita lakukan?, Langkah inilah yang harus anda lakukan:
  • Menjadi diri sendiri yang Khas
  • Menulis scenario hidup sendiri
  • Berkembang terus
  • Menjadi menarik
  • Berbicara
  • Jangan tidur asal tidur
  • Terjun dalam akancah kehidupan
  • Bertanya pada diri kita sendiri
  • Memberi dan menerima dengan gembira
  • Memberi bingkisan langka
  • Bersahabat
  • Menulis surat
  • MEndukung orang lain…..[pokoknya masih banyak lagi]

Wednesday, September 3, 2008

MEMBANGUN GENERASI VISIONER

Barbara Brown memberikan isyarat kepada kita bahwa dalam membina geneeasi muda seperti bahasiswa harus dibngaun sebagai insanb yang memilki prespektif kedepan. Generasi yang berpandangan ke depan [visIoner] setiap saat akan memenangkan ketika masuk ke ranah kompetitif. Hanya seorang-orang yang memiliki perhatian ke depan yang berhak memperoleh sukses. Inilah yang mengantar Cargo ini untuk berbagi saran.
Indikasi seorang-orang yang visioner
  1. Visualizing. Seorang generasi muda visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan kapan hal itu akan dicapai
  2. Futuristic Thinking. Seorang generasi muda Visioner tidak hanya memikirkan kondisi saat ini, tetapi juga memikirkan kondisi yang diinginkan pada masa yang akan datang
  3. Showing Fore sign. Seorang generasi muda Visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi juga mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi, dan factor lain yang dapat mempengaruhi rencana
  4. Proactive Planning. Seorang generasi muda Visioner menetapkan sasaran dan startegi yang spesifik agar bisa mencapai sasaran tersebut dengan baik serta mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan berbagai rintangan potensial dan melakukan pengembangan rencana darurat untuk menanggulangi hambatan
  5. Creative Thingking. Seorang generasi muda visioner dalam menghadapi tantangan berusaha mencari alternative pemecahannya dengan memerhatikan isu, peluang, dan masalah
  6. Taking Risk, Seorang generasi muda visioner berani mengambil risiko sekecil apapun, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukanya sebuah kemunduran
  7. Processing Alignment. Seorang generasi muda Visioner mampu menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi
  8. Coating Alignment. Seorang generasi muda Visioner sadar bahwa dalam rangka mencapai tujuan, dia harus bekerja sama dalam menciptakan hubungan yang harmonis, baik kedalam maupun keluar
  9. Continuous Learning. Seorang generasi muda visioner selalu mampu mengikuti pelatihan dan pendidikan secara teratur, dalam rangka mengembangkan profesionalitas dan memperluas pengethauna, serta memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi
  10. Embracing Change Seorang generasi muda Visioner tahu bahwa perubahan adalah suatu bagian terpenting bagi pertumbuhan dan pengembangan kemampuan dirinya. Ketika ada perubahan yang dinginkan atau yang tidak diantisipasi sebelumnya, Seorang generasi muda visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat ari peerubahan tersebut.

Tuesday, July 15, 2008

PEMBINA MAHASISWA ITU “COCA-COLA”


Coca-Cola memang nama merk soft drink, namun punya makna lain sebagai akronim yang dijadikan untuk mencandra popularitas seorang kandidat Walikota di Jerman. Kata itu diambil dari sebuah buku dengan judul “Memenangkan Pemilu ! [Petunjuk Praktis bagi Kandidat”, karya Dr. Rainer Adam-Penerbit : Friedrich Naumann Stiftung.

Cargo bermaksud untuk mencandra Pembina Mahasiswa.
COCA COLA:
Sebuah terminology baru, karena coca-cola selama ini identik dengan sebuah minuman bersoda asal negeri Paman Sam, ternyata di Jerman digunakan sebagai kriterium dari seorang-orang yang maju sebagai kandidat.
Kalau dicermati dan sedikit di renungkan, maka Pembina mahasiswa harus juga termasuk dalam pusaran ini. Seorang Pembina Mahasiswa harus COCA-COLA.
CO, dari “Competence” atau kompeten, artinya seorang pembina harus memiliki pengalaman yang pas, mempuntai kualitas kepemimpinan dan kemampuan melaksanakan rencana dengan seksama , efektif dan efisien.
CA, dari “Charisma” atau karisma, seorang Pembina Mahasiswa sebaiknya memiliki kepribadian yang mampu menggerakkan orang.
CO, dari “Communication” atau komunikasi, seorang Pembina Mahasiswa harus memiliki kemampuan komunikasi dengan orang-orang dari berbagai spectrum/lapisan. Seorang Pembina Mahasiswa harus mampu menjembatani serta mempertemukan perbedaan-perbedaan pendapat. Trampil berbicara didepan public, menguasai bahasa tubuh [gesture] dan seni ekspresi.
LA, dari “LANDSCAPE” atau “wawasan”, seorang pembinan mahasiswa harus memiliki wawasan yang luas terutama yang berkaitan dengan dunia mahasiswa/dunia generasi muda.

[Cargo sama sekali tidak menganjurkan minum coca-cola, kalau terlanjur minum hendaknya harus dibayar dulu, dan jang sekali-kali menelan botolnya. Cargo hanya mengajurkan mengapa anda hanya menjadi Pembina mahasiswa, jika peluang menjadi walikota terbuka dan ada]


Monday, June 9, 2008

PEMBINA MAHASISWA ITU MOTIVATOR.

Membina mahasiswa itu bekalnya harus komplit, semakin komplit semakin asyik. Bekal andal yang tidak boleh ditinggal itu, adalah motivasi. Mengapa motivasi ?, karena hanya dengan motivasi manusia itu mau bertindak dengan wajar.
Detil buku itu:
JUDUL : QLA-T, Cara Cepat Menemukan Kunci Motivasi Anda
PENERBIT :PT Java Pustaka Media Utama Graha Bentoel Lt.2. Jl. Bentoel Iv /4-5 Surabaya. Tlp. 031-8494379. E-mail: javapustaka_sby@yahoo.co
Web: www.rlqjavapustaka.com
ISBN :978-979-1121-65-1
CETAKAN: I. Pebruari 2008
HALAMAN : viii+104 hlm.
Cargo merekomendasikan kepada para pembina untuk mencermati lebih dekat kepiawaian Bung Yosi Novilan dan Bung N.Faqih Syarif.H.
Kedua manusia muda ini telah mengukir karya besar dalam bentuk solusi kreatif yang diberi titel, “ QLA-T, Cara Cepat Menemukan Kunci Motivasi Anda” Buku ini bersikukuh dengan pemikirannya bahwa membangun komitmen itu, harus dimodali dengan keyakinan. Selanjutnya diungkap suatu bentuk formula, sebagai berikut:
  • Perilaku = Keyakinan dasar : Komitmen kuat [Ketenangan Jiwa]
  • Perilaku ≠ Keyakinan dasar : Komitmen Lemah [Gejolak jiwa]

Membangun komitmen identik dengan kemampuan menciptakan proses pembelajaran dan didukung dengan berbagai kecerdasan. Oleh karenanya membangun komitmen itu sama dengan siklus pembentukan budaya.
Buku ini menawarkan resep jitunya dengan rumusan QLA-T.

  1. Quantum Quotient [QQ]
  2. Learning Proses
  3. Abality To response
  4. Training
Quantum Quotient [QQ]
Multi kecerdasan tetap menjadi soko guru dalam membangun sevuah komitmen, keserdasan itu antara lain:

  1. SQ -- Spritual Quotient
  2. EQ – Emotional Quotient
  3. AQ – Adversity Quotient
  4. IQ -- Intellectual Quotient
Learning Proses
Proses pembelajaran layaknya membuat seorang-orang merubah kebiasaan menjadi sbuah budaya, namun sekuensial yang harus dikedepankan meliputi

  • Know [buat tahu/mengetahui],
  • Believe[buat percaya]
  • Attitude [ jadikan sikap]
  • Behavior [ bentuk perilaku]
  • Habit [jadikan kebiasaan]
  • Culture [ ubah menjafi budaya]

Ability To Response
Membuat seorang cepat tanggap, oleh karena itu pembekalan diri kearah :
  • Kemampuan memahami kompetensidiri[competency]
  • Kemampuan untuk menciptakan mimp-mimpi[vision]
  • Kemampuan untuk menjabarkan mimpi-mimp, menjadi idea yang terukur[misi]
  • Kemampuan mendayagunakan kompetensi untuk mewujudkan visi dan misi dalam ranah yang strategis
  • Menerjemahkan strategi kedalam aksi yang lebih operasional
  • Akumalasi dari pendayagunaan kompetensi hingga terwujudnya aksi yang taktikal dan operasional inilah yang disebut sebagai Ability to response
Training:
Suatu pembiasaan, sehingga seorang-orang mudah beradaptasi

Tuesday, March 25, 2008

KREATIVITAS

Disampaikan pada “Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa”
Univesitas PGRI Adi Buana Surabaya
Oleh
Djoko Adi Walujo

KREATIVITAS
PENGANTAR

Sering kita membicarakan masalah kreativitas, namun ketika harus dipaksa untuk mendefinisikan ternyata tidak dijumpai definisi yang memuaskan. Sering orang memaksakan sebuah definisi yang akhirnya cenderung mengaburkan makna kreativitas itu sendiri. Seperti halnya yang saat ini saya tulis, untuk menghindari dari kekaburan makna tersebut, maka tulisan ini hanya menampilkan indikator dari sebuah kreativitas. Tulisan ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran David Campbell, Phd, dalam bukunya yang berjudul “take the road to creativity and got off your dead “ dan dilakukan tambal sulam dengan berbagai pustaka yang bergayut dengan masalah kretivitas.
Kreativitas selalu ditandai dengan tiga hal yang dapat dikatakan sebagai indikator,yakni :
Pertama kebaharuan [novelty], inovatif, orang sering mengatakan bahwa sesuatu yang belum ada dan yang mendahuluinya, juga dapat dikatakan sebuah kemampuan untuk menemukan hubungan-hubungan baru, atau meneropong suatu hal dari sudut pandang atau perspektif baru,aktual, menarik, unik, mengejutkan.
Kedua memiliki nilai manfaat [useful], nilai kemudahan [easy use] lebih enak, sangat praktis, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik, atau lebih banyak.
Ketiga dapat dimegerti [understandable], memberikan wahana baru namun setiap orang dapat menikmati kehadirannya.

KAPAN SEBUAH KREATIVITAS HADIR

Sebuah kreativitas akan hadir pada dimensi ruang yang diselimuti oleh suasana yang khusus, yakni suasana yang melahirkan :
Desakan untuk maju:
Arus kuat dalam wujud desakan untuk maju secara terus menerus tiada henti, sehingga keadaan ini membuat orang berbuat apa saja.


  1. Pengalaman adalah bahan bakar pemicu ide:
    Pengalaman yang dialami sendiri merupakan bahan bakar yang terkaya, karena pengalaman ini cenderung selalu tersimpan pada long term memory dan akan muncul/retensi pada saat diperlukan. Pengalaman akan menghidupkan imaginasi kita. Membaca, mendengarkan tidak sehebat pengalaman langsung
  2. Hobi dan kesenian dapat membangkitkan kreativitas;
    Kebanyakan dari hobi kita ini berkaitan dengan bagaimana mendapatkanya, bukan bagaimana menciptakannya. Hobi mengumpulakan atau koleksi adalah tahap awal dalam merangsang imaginasi. Kemudian bidang seni juga memberikan peluang besar untuk pengembangan kreativitas. Dalam seni musik, rupa, tari dan teater imajinasi sangat diperlukan.
  3. Jalan buntu :
    Bila seorang-orang dihadapkan pada sitausi yang mencekam, terjepit oleh masalah yang berat “kepepet” akan mengantarkan orang berbuat sesuatu, “berbuat sesuatu” itu, adalah wujud dari sebuah kraetivitas. Karena situasi ini secara langsung memiliki daya pemicu
  4. Bacaan penyubur kreativitas
    Bacaan memberikan makanan imajinasi, utamanya buku-buku fiksi, menurut Henry Emerson Fosdick bacaan yang paling bermanfaat adalah bibiliografi karena didalamnya selalu memuat riwayat sepintas tokoh pencetus ide, yang memberikan kemungkinan mengatrol semangat untuk menjadi pencetus ide

TAHAP-TAHAP KREATIVITAS


  1. Persiapan [preparation]
  2. Konsentrasi [concentration]
  3. Inkubasi [incubation]
  4. Iluminasi [illumination]
  5. Verifikasi [verification]

Persiapan :
Meletakkan kerangka dasar dengan mempelajari latar belakang sebuah masalah, seluk-beluk dan problematik. Terdapat kata-kata bijak yang mengatakan bahwa sebuah kreativitas lahir disebabkan oleh “minat”. Tidak adah hal besar yang dapat tercipta , bial tidak ada “entusiasme”. Untuk menciptakan yang besar kita harus memiliki mimpi yang indah “vision”, sebuah mimpi akan menjadikan bintang pengarah menuju pulau kreativitas.

Konsentrasi :

Memikirkan secara penuh utuh menyeluruh, masalah-masalah yang dihadapi sebuah keniscayaan. Seorang-orang yang larut dalam satu masalah tertentu akan memiliki detil-detil pencermatan sehingga segenap

Inkubasi :
Memposisikan diri untuk meninggalkan beberapa masalah sejenak untuk melepaskan kejenuhan, karena kejenuhan juga merupakan faktor prnghambat proses kreativitas.
Keadaan inilah yang kemungkinan besar akan menstimuli sebuah imaginasi yang penuh kebaharuan

Iluminasi:
Sebuah tahapan yang mapan dalam proses kreatif, karena beberapa masalah telah gamblang . Ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru telah tertata. Keadaan inilah yang kadang dapat dijadikan modal dasar untuk melangkah pada kreasi kreasi lanjut. Bahkan beberapa fenemona yang telah ada menunjukkan bahwa proses kreatif sering terlahir dari orang-orang yang sama, bagaikan lompat dari batu yang satu ke batu lainnya.

Verifikasi/produksi
Tahapan verifikasi atau produksi sering dimakana “finishing goods” produk akhir dari proses kreatif. Tahapan ini yang meberikan tanda dari serangkaian proses kratif, namun demikian keadaan ini sangat tergantung dari seorang-seorang yang menjalankannya. Dan titik kepuasan tertinggi merupakan terminal akhir dari perjalanan proses krreatif seorang orang.

CIRI-CIRI UTAMA

  • Kelincahan mental [mental agility]
  • Berfikir ke segala arah [divergent thinking]
  • Flesibilitas konseptual [conceptual flexibility]
  • Originalitas [originally]
  • Lebih kearah kompleksitas daripada simplisitas
  • Latar belakang yang merasang [stimulating background]
  • Kecakapan ganda [ multiple skills]

CIRI-CIRI PENDAMPING

  1. Kemampuan kerja keras [capacity for hard work]
  2. Berpikir mandiri [independent judgement]
  3. Tidak putus asa [ resilience]
  4. Mampu berkomunikasi [good communicators]
  5. Lebih tertarik pada konsep daripada masalah masdalah yang sumir [interested more in concepts than in details]
  6. Keinginan tahu [ intellectual curiosity]
  7. Adanya rasa humor dan fantasi [ sense of humor and fantasy]
  8. Mencari unsure yanbg menarik [interesting]
  9. Arah hidup yang jelas [sense of density/sense of mission]

SITUASI YANG KONDUSIF MELAHIRKAN KREATIVITAS

  1. Kejujuran [honesty]
  2. Penghargaan pada mutu [appreciation of quality]
  3. Keinginan tahu [intellectual curiosity]
  4. Ambisi yangh sehat [healthy ambition]

Kejujuran :
Inti dari sebuah kreativitas jika sebuah kejujuran dijunjung tinggi, karena kreativitas memerlukan dukungan ini. Alasan yang mendasar karena ada kecenderungan orang dengan mudah meniru dan menggandakan. Originalitas hatrus di proteksi.

Penghargaan pada mutu:
Penghargaan pada mutu adalah ladang subur tumbuh kembangnya kreativitas, tanpa adanya penghargaan mutu orang cenderung menarik diri untuk berjalan pada kondisi normal, tanpa melakukan lompatan-lompatan ke depan.
Imaginasi akan berkembang pada koridor ini, sehingga orang tidak akan melakukan


Keinginan tahu:
Seorang-orang yang kreatif mempunyai keinginan tahu yang tidak habis-habisnya, ibarat pantai pantang surut airnya. Keinginan tahu selalu jadi pintu gerbang bagi orang berbuat yang menggoncang dunia.

Ambisi yang sehat.
Tidak hanya sekedar ingin tapi sudah bagian dari hidup seorang yang memiliki ambisi sehat, yang secara terus menerus menambah deretan keinginan. Ambisi sehat bagaikan air bah yang sulit untuk dibendung .

RUJUKAN YANG DIGUNAKAN

  • Charles Panati [1988]. Breakthroughs
  • David Champbell [1965]. Take the road to creativity get your dead end, Argus Communications, 7440 Natchez Avenue, Niles, Illinois 60648, USA
  • Maswan dan Sulaiman Sahlan[1989]. Mengungkap tabir“ Imajinasi dan Ide Manusia” Penerbit Sinar Baru Bandung.

Sunday, March 16, 2008

"ICEBREAKER" PIRANTI BAKU PEMANDU

[Sebuah buku dengan tajuk “Cara Pintar Jadi Trainer” yang dikreasi oleh Chrissogonus. D. Pramudyo, membahas problema pelatihan, yang acapkali beku. Menurutnya obat penawar yang paling jitu adalah icebreaker atau pemecah suasana hampa. Disamping sangat manjur, juga harganya terjangkau alias EER [efektif, efisien dan rasional]. Sudah menjadi garis tangan, yang namanya icebreaker selalu melekat pada ingatan para pemandu/pelatih, atau pembina mahasiswa ----[hlm 125:138]. ]
Sesuai dengan sebutannya icebreaker adalah suatu cara ubtuk memecahkan suasana yang dingin, beku, dan kaku menjadi hangat, mencair, dan rileks. Sebab, kebekuan akan menjadi factor pencegah berlangsung proses belajar, sehingga peserta tidak termotivasi
Kehangatan suasana sangat kondusif menciptakan atmosfir belajar, dan dengan tidak terasa proses belajar mengalir seperti air.
Terminologi:
Icebreaker
didefinisikan sebagai “a fun way to support the objective of presentation [Svendsen, 1996]. Bahkan hampir dipastikan semua aktivitas manusia memerlukan kehadiran icebreaker. Ada dua maksud penggunaan :
Pertama: membuat peserta saling mengenal dan akan menghilangkan jarak mental sehingga suasana menjadi benar-benar rileks, cair dan mengalir.
Kedua: mengarahkan atau memfocuskan peserta pada topic pembahasan/pembicaraan.
Selnjutnya icebreaker dapat pula digunakan sebagai daya pembangkit [energizer].
Fungsi lain icebreaker
  1. Menghidupkan peserta. Hal ini terutama dilakukan bila peserta menenujukkan gejala bosan, jenuh, capai atau mengantuk.
  2. Memotivasi pesera untuk tetap segara ke sesi berikutnya. Cara ini merupakan cara efektif untuk menjebatani antara satu topic ke topic berikutnya. Dengan icebreaker peserta akan lebih mudah masuk ke dalam topic yang akan dibicarakan
  3. Membantu memahami masalah. Dengan suatu permainann yang lucu, menarik, dan menyenangkan, peserta akan lebih mudah memahami permasalahan yang dibahas
  4. Mempercepat proses pembelajaran. Ini berkaitan dengan poin di atas. Apabila peserta lebih mudah memahami permasalahan, mereka akan lebih cepat belajar.
  5. Membantu memahami orang lain. Beberapa Icebreaker dirancang untuk melibatkan peserta dan membuat interaksi yang tinggi antar peserta. Dengan terlibat dalam permainan, peserta akan tertolong dalam memahami peserta lain, baik pola pikir, sikap, sifat, maupun perilaku.
Catatan penting pemakaian Icebreaker:

  • Sebelum mempraktikkan, hendaknya seorang pemandu/pelatih, melakukan uji coba, dengan ujicoba akan diketahui secara pasti waktu yang dibutuhkan, bahkan melihat secara cermat antara kesesuaian materi icebreaker dengan materi penataran.
  • Dihindari perilaku yang menganggap, bahwa icebreaker adalah sarana pembunuh waktu, atau pengisi waktu luang. Namun lebih diarahkan kepada pembangitan motivasi [energizer]
  • Dalam melakukan icebreaker perhatikan kaidah WARUNG JAMU [ WAktu-RUaNG-JumlAh-dan-Mutu].
    Waktu : Kapan kita harus mempraktikan icebreaker
    Ruang : Pada dimensi apa kita berikan,
    Jumlah: Untuk berapa peserta
    Mutu : Tujuan apa yang diinginkan.
Buku Utama:

  1. The Biig Book of Sales Games. Karya Peggy Carlaw dan Vasudha Kathleen Deming. Terbitan Mcgraw-Hill tahun 1999.
  2. 100 Traning Games, Karya Gary Krohnert. Terbitan McGraw-Hill tahun 1992
BUKU VERSI INDONESIA
JUDUL : Ice Breaker [Don’t Be Tegang !!] untuk pelatihan manajemen
PENGARANG : Dr. Adi Soenarno, MBA
PENERBIT : CV. ANDI OFFSET [Penerbit Andi] Jl. Beo 38-40 [0274] 561881 [hunting]. Yogyakarta 588282
CETAKAN : 1 2007
ISBN : 978- 979-29-0182-5
JUMLAH HALAMAN: viii + 248 hlm: 14 x21 Cm.
[“Don’t Be Tegang, dalam buku ini dimaknakan bagaimana merawat sebuah pelatihan agar tidak masuk dalam atmosfir “ketegangan”. Ketegangan akan menghadirkan bentuk penolakkan secara langsung maupun tidak langsung, dan pada gilirannya tujuan pelatihan akan terkikis oleh suasana ini. Kehadiran ketagangan menurut buku ini acapkali dipicu oleh:
1. Pembicara tegang
2. Tidak ada rasa humor
3. Cara membawakan materi tidak menarik
4. Ungkapan opembicara yang disampaikan monoton
5. Disampaikan dalam suasana yang tidak tepat [mood jelek], dalam kondisi lelah, kantuk atau sedang sibuk, tetapi dipaksakan hadir mengikuti suatu forum
6. Materi yang disanpaikan tidak jelas
7. Suara terlalu pelan atau terlalu keras
8. Metode penyampaian tidak sistematis
9. Tempat Training tidak kondusif, dan
10. Waktu pelaksanaan terlalu lama.
Dalam buku ini terdapat 31 bentuk permainan untuk ice breaker]

JUDUL : Ice Breaker [Permainan Atraktif-Edukatif] untuk pelatihan manajemen
PENGARANG : Dr. Adi Soenarno,MBA
PENERBIT : CV. ANDI OFFSET [Penerbit Andi] Jl. Beo 38-40 [0274] 561881 [hunting]. Yogyakarta 588282
CETAKAN : 1 2005
ISBN : 979-763-040-4
JUMLAH HALAMAN: x + 150hlm: 14 x21 Cm.
[Buku ini mengungkapkan, jika suasan pelatihan diindikasikan adanya kejenuhan dan kebosanan, akan melahirkan :

  • Materi tidak dapat dipahami
  • Antipati terhadap pembicara
  • Penolakan terhadap semua ide
  • “pemberontakan” terhadap acara tersebut
  • Seluruh program akan sia-sia.
Solusi yang ditawarkan adalah, bagaimana mengubah suasana yang tidak kondusif, menjadi suasana yang cerah ceria, maka jawabnya adalah obat penawar dalam bentuk “pemecah kebekuan” alis icebreaker.
Dalam buku ini disajikan sebanyak 26 obat pemecah kebekuan, sesuai jumlah alphabetic, karena kreativitas yang dimiliki penulis, maka sajian diurutkan sesuai dengan alphabetic. Dari A hingga Z]
JUDUL : 100 Permainan Penyegar Pertemuan
PENGARANG : Martin Handoko & Theo Riyanto
PENERBIT : Kanisius Jl. Cempaka 9 Deresan. Yogyakarta 55281 Telp [0274] 563349 E-mail: office@kanisiusmedia.com Web : http://www.kanisiusmedia.com/
CETAKAN : 1 2006
ISBN : 979-21-0996-6
JUMLAH HALAMAN: 286
[Sajian buku ini dikelompokan dalam 7 bagian antara lain:


  • Bagian I : Permainan penghidup, penggerak, dan pencair kebekuan
  • Bagian II : Permainan umpan balik dan penyingkapan sehubungan dengan komunikasi dan relasi antar-pribadi
  • Bagian III : Permainan penghangat dan pengasah otak
  • Bagian IV: Permainan Pelancar perkenalan
  • Bagian V : Permainan Pembuka diri, pendorong, dan penggerak kegiatan
  • Bagian VI : Permainan Pengembang ketrampilan professional
  • Bagian VII: Permainan peningkatan kepribadian dan ketrampilan professional.
BUKU PENDUKUNG
Buku yang senada dengan maksud icebreaker, namun untuk aktivitas outdoor.
JUDUL : Pedoman Praktis Pelaksanaan OUTDOOR & FUN GAMAES ACTIVITIES
PENGARANG : Dandan Riskomar
PENERBIT : MU:3 Books. PT. Mandar Utama Tiga Bokks Division. Wisama Nygra Santana Lt.8.. Jalan Jend. Sudirman Kav 7-8 Jakarta 10220.
CETAKAN : 1 2005
ISBN : 979-331-28-3
JUMLAH HALAMAN:200
[Menurut buku ini, saat ini pendekatan outdoor/fun game activities training menjadi salah satu jalan keluar yang patut dipertimbangkan, inilah membuat pelatihan hidup dan mengalir. Namun tanpa didukung oleh metoda yang memadai, maka pelatihan akan menjadi hampa. Fun games, adalah solusi cerdas yang harus dikedepankan, manakala indikasi kebosanan peserta menampakan diri.
Buku ini mengupas tuntas berbagai permainan, mulai dari aspek komunikasi , kreativitas, hingga penyelesaian konflik. Sebelum memasuki contog-contoh permaianan buku ini membahas berbagai hal yang terkait denngan Outdoor & Fun games, antara lain:

  • Konsep Darasar Program Outdoor dan Fun Games Activities
  • Pola Proses Pembelajaran Orang dewasa/Andragogi
  • Elemen Penting dalam program fun games activities
    Pedoman fasilitator.

Wednesday, March 12, 2008

8 KEBIASAAN POSISTIF PEMBINA MAHASISWA/SEBAGAI TRAINER [8C]



Berikut adalah pola sikap yang menjadi karakter pembinan/trainer/pelatih, atau setidak-tidaknya perilaku dominant, yakni perilaku yang sering nampak ketika proses pelatihan berlangsung. Hal inilah yang harus dijadikan modal pencermatan bagi seorang trainer, adapun perilaku dominant itu antara lain :


  • Calm
  • Courteous
  • Care
  • Cheerful
  • Competent
  • Creative
  • Confident
  • Courage

Calm:
Pola sikap dalam bentuk ketenangan yang dimiliki seorang pembina, dalam situasi dan kondisi yang acapkali berubah, pola sikap tenang ini akan berpengaruh pada diri peserta pelatihan. Dengan ketenangan ini akan memudahkan seorang trainer/mahasiswa mengendalikan dan mengelola tujuan pelatihan
Courteous:
Dalam proses pelatihan tidak boleh moncul keluhan, kecelakaan dan kecacatan, ini sering disebut dengan , zero complaint, zero accident dan Zero Defect. Oleh karenanya seorang trainer harus berperilaku sopan dan bertutur kata yang yang baik. Perilaku inilah yang mengundang simpati trainee, sehingga konsentrasi trainee/mahasiswa akan terjaga
Care:
Perhatian kita yang sungguh-sungguh, serta penuh dengan kehati-hatian, adalah cerminan untuh seorang pembinan yang profesional. Inilah yang disebut dengan atensi, dan aktivitas ini yang mampu menghipnotis trainee/mahasiswa untuk dibawa dalam tujuan pelatihan yang telah direncanakan
Cheerful
Pembina mampu membawakan sajian dalam pelatihan dengan antusias, dan memberi atau mengkondisi yang penuh ‘keriangan’ tanpa adanya tekanan psikologis. Sense of humor diperlukan, namun tetap mengacu pada homur-homur yang releted dengan dengan, topik, dan suasana. Dengan suasana training
Competence:
Minimal ada dua dimensi yang dikedepankan oleh seorang, orang yang mengakui dirinya sebagai pembinan/trainer, yakni:
Pahaman akan subject matter [materi yang diajarkan]
Metodologi penyampaian
Creative:
Memiliki kemampuan yang cepata dalam mencari solusi jika timbul sebuah masalah. Kebosanan peserta merupakan masalah yang paling sering dihadapi. Segera ganti metode lain agar peserta kembali antusias
Confident:
Keyakinan diri akan kemampuan dirinya sebagai pelatih akan membuat peserta merasa mengikuti training dengan benar
Courage:
Pelatih harus berani menghadapi segalan situasi yang baruk sekalipun

BUTIRAN KOMUNIKASI


Komunikasi merupakan kunci sukses ketika seorang –orang berinteraksi. Jalan panjang organisasi, menyimpan pengalaman yang luar biasa, terkait komunikasi. Hampir pasti dan mungkin suadah suratan alias „garis tangan“, bahwa organisasi yang baik selalu dikondisi oleh cantiknya komunikasi. Bertikut adalah butiran-butiran ketrampilan komunikasi yang harus kita miliki, yang sering diseburt dengan 5C.

Butiran yang dimaksud meliputi:
  • Complete,
  • Concise,
  • Consideration,
  • Clarity,
  • Courtesy.

Complete. Informasi, data atau lainnya haruslah disajikan dalam keadaan lengkap dan utuh.Gagasan yang lengkap dan koheren; tidak parsial [atomistic] atau sepotong-potong. Butiran ini mengindikasikan bahwa kesempurnaan komunikasi yang kita bangun hanya bisa dicapai jika kita menyampaikannya dengan lengkap, dan tidak sepotong-potong. Barnagkali mengingatksn kita, berapa kali kita mengalami mis-komunikasi hanya pada persoalan, ketika kita tidak dapat menyampaikan informasi kepada orang lain secara lengkap..
Concise. Syarat kecukupan dalam komunikasi adalah ringkas dan kepadatanannya. Tidak bertele-tele. Sadar bahwa efisiensi waktu amat penting. Siapapun akan senang karena dengan demikian seorang-orang mudah mencernanya, dan tidak bosan mendengar kalimat yang bertele-tele. Kita akan senang kalau mendengar orang lain menyampaikan gagasannya dengan ringkas dan jelas. Namun yang acapkali terjadi banyak orang bicara dengan boros, tidak efisien, mengulang-ulang, bertele-tele, dan membosankan lagi
Consideration. Ketika kita membangun sebuah komunikasi, kita seharusnya dapat menakar lawan bicara kita, apa yang dia inginkan?.Kita harus berrusaha memahami apa kebutuhan orang lain – dan bukan memakasakan diri untuk dipahami orang lain. membangun simpati dan empati pada apa yang dirasakan mitra bicara, dan mau mendengarkan isi hati orang lain.
Clarity. Mengartikulasikan gagasannya dengan jelas dan mengalir, serta membuat kondisi yang kondusif adalah aktivita yang elok. Kejelasan sesuatu yang kita ekspresikan, akan mengurungi salah paham dalam komunikasi. Menggunakan istilah yang sangat umum, dan mudah cerna adalah tuntutan. .
Courtesy. Santun. Persuasif. Menumbuhkan respek, ini butiran yang harus dikedepankan. Bukankah komunikasi adalah membangun suasana yang, mutual respect, mutual responsibility, mutual response dan mutual lainnya. Seorang-orang akan kagum dan menaruh rasa hormat dengan seorang-orang yang selalu menempatkan citarasa „saling“. [saluing tanggap, saling tanggung jawab, saking memberi, dsb]. Kita akan berhasil dalam komunikasi jika selalu bisa berbicara dengan santun (tidak kasar), persuasif (tidak memaksa), dan menumbuhkan respek (dan bukan merendahkan).

Sunday, March 9, 2008

KONFLIK ORGANISASI

PENGANTAR
Sering seorang-orang lupa bahwa keterbukaan memberikan kontribusi yang tiada tara dalam mencapai tujuan organisasi. Bukti menunjukkan kepada kita, bahwa hambatan utama dalam mencapai tujuan organisasi, adalah akibat terjadinya kekaburan dalam tugas (juridical ambiguous). Bentuk kekaburan itu antara lain adalah pendelegasian wewenang yang kurang tegas, serta penuh dengan rahasia. Keterbukaan menghindari hal itu, sisi lain keterbukaan juga menghindari prasangka buruk, yang memicu lahirnya sebuah konflik. Wujud konflik yang sering timbul antara lain adalah konflik dalam diri individu (intraindividual conflict), konflik antar individu (interpersonal conflict) dan konflik organisasi (organizational conflict).
Memahami konflik untuk keterbukaan
Dalam mengelola perguruan tinggi setidak-tidaknya harus didukung oleh pemahaman yang mendalam tentang konflik, karena universitas merupakan tempat terjadinya interaksi antar manusia, dan antar kelompok manusia. Dalam interaksi ini tidak pernah sedikitpun lepas dari sebuah konflik.
Pandangan modern terhadap konflik menyatakan bahwa, konflik muncul disebabkan oleh adanya berbagai aktivitas seperti suatu usaha untuk memperoleh materi, pemenuhan berbagai kebutuhan sosial seperti rasa aman, sosialisasi, kepercayaan diri, penghargaan, status, tanggung jawab atau memperoleh aktualisasi diri dan kekuasaan. Adapun asumsi yang melatarinya adalah sebagai berikut :
M Konflik tidak dapat dielakkan karena hal tersebut dapat terjadi disetiap organisasi.
M Konflik terjadi karena faktor-faktor struktural dalam organisasi khususnya yang berkaitan dengan konflik hirarki (hierarchical conflict)
M Konflik menyatu dalam organisasi, karena itu dengan adanya konflik maka organisasi ditantang untuk dapat berubah dan berkembang ke arah produktif.
M Konflik yang muncul berskala minimal akan mengoptimalkan produktivitas kerja.
Konflik yang sering muncul di Organisasi
Dalam melaksanakan tugas dan wewenang utamanya yang menyangkut interaksi manusia, tidak dapat menghindari munculnya konflik, seperti yang diungkapkan pandangan modern terhadap konflik. Suatu rujukkan yang harus dipahami adalah pencermatan secara dini sumber-sumber konflik, serta pemilihan cara yang tepat dalam mengklarifikasinya. Tentunya rujukkan ini harus disikapi oleh segenap civitas akademika sehingga konflik mampu diminimalkan.
Jika dikaitkan dengan kondisi perguruan tinggi kita, maka terdapat muara-muara konflik yang bila diklasifikasikan dalam tiga macam sumber antara lain :
Konflik dalam diri individu, (intraindividual conflict)
Konflik antar individu (interpersonal conflict)
Konflik organisasi (organizational conflict)
Konflik dalam diri individu
Konflik ini muncul karena :
  • Pertentangan antara perasaan-perasaan (senang-kecewa, gagal dan berhasil, harapan dan putus asa)
  • Adanya dua gagasan atau lebih yang bertentangan
  • Pertentangan dalam peranan yang dimainkan dan peran ambigius. (role conflict)
  • pertentangan dengan tujuan yang akan dicapai (goal deferent)
    Masalah status (status problem)
  • Rintangan- rintangan komunikasi (communication barries)
  • Sifat-sifat individu (individual traits)

Konflik antar individu

Konflik ini muncul karena :

  • Kesalahan persepsi (misperception)
  • Kesalahan dalam pendapat (misopinion)
  • Kesalahan dalam memahami (misunderstanding)
  • Kesalahan komunikasi (miscommunication)
  • Perbedaan tujuan (goal deferent)
  • Latar belakang budaya (culture background)
  • Nilai-nilai (values)
  • Sosial ekonomi (social & economic)
  • Sifat-sifat pribadi (personality traits)
  • Persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources)
  • Ketergantungan tugas (taks independence)
  • Kekaburan tugas (jurisdictional conflict)

Ingin lebih lengkap Klik "KONFLIK"

Komunikasi Organisasi

Pengantar.
Tentunya segera menjadi kesadaran kita semua bahwa interaksi antar manusia membutuhkan salah satu ketrampilan yakni berkomunikasi.
Pada hakikatnya masalah komunikasi tidak asing bagi kita, bahkan berkomunikasi kita lakukan hampir setiap detik bila kita sedang berada dengan sekurangkuranya satu orang lain. Namun yang menjadi persoalan adalah, apakah komunikasi yang kita lakukan itu membawa hasil yang memuaskan? Memuaskan artinya semua pihak yang melangsungkan komunikasi emperoleh kepuasan. Tidak jarang sebuah komunikasi berakhir dengan suatu konflik, karena terjadi distorsi komunikasi (komunikasi yang melenceng). Konflik muncul karena dalam komunikasi dapat menghadirkan salah pengertian (mis understanding), salah intepretasi (mis intepretation), salah persepsi (mis perception) dan salah dalam beropini (mis opinion).
Realitas inilah yang perlu dicarikan jalan pemecahan sehingga setiap melakukan komunikasi akan mencapai nilai komunikasi yang terpuaskan, artinya komunikasi yang memliki nilai "EER" [Efektif, Efisien dan Rasional].
Untuk menuju gagasan ini tentunya tidak semudah membalikkan tangan namun upaya ini diraih dengan memperhatikan "tahapan fisis" berlatih demi derajat kederajat yang lebih tinggi.

TERMINOLOGI
Dalam pencermatan ini komunikasi diartikan suatu kegiatan yang berlangsung terus menerus yang dilakukan oleh orang untuk saling berhubungan dengan orang lain, khususnya pada waktu berhadapan pula. Aktivitas inilah yang kemudian disebut sebgai komunikasi langsung atau "direct communication"
Komunikasi digambarkan bahwa dalam pikiran seseorang terdapat suatu bentuk gagasan. Selanjutnya gagasan tersebut diterjemahkan ke dalam suatu lambang, misalnya bahasa, dan dikirim melalui ucapan kata-kata, sehingga diterima oleh orang lain. Sekarang orang yang menerimanya mulai menterjemahkan lambang-lambang yang didengarnya itu ke dalam gagasan kembali. Inilah yang selanjutnya disebut komunikasi sedang berlangsung, setidak tidaknya satu tahapan, dari seorang tadi kepada orang lain.
Selain bentuk komunikasi yang langsung, terdapat pula komunikasi yang tidak langsung (indirect communication), bentuk komunikasi ini biasanya antara yang melangsungkan komunikasi terpisahkan oleh "medium" tertentu, contoh komunikasi tidak langsung misalnya bila kita sedang menggunakan telepon, atau sedang nonton TV. Selanjutnya untuk lebih memahami terminologi komunikasi tersebut dapat divisualisasikan berikut.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bila kita berkomunikasi antara lain :
  • Citra Diri [ self image]
  • Citra Lawan Bicara [ the image of the orther]
  • Lingkungan Fisik [physical environment]
  • Lingkungan Sosial [social environment]
  • Bahasa Badan [gesture ]
  • Kondisi

Citra Diri [self image]

Gambaran tertentu mengenai diri seseorang, status sosialnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran inilah yang memiliki kontribusi terbesar dalam komunikasi. Citra diri akan menentukan ekspresi dan persepsi seseorang.
Citra diri sebagai seseorang yang lemah akan muncul tatkala sedang berkomunikasi, biasanya orang yang lemah ini sulit berbicara bebas, sulit menyatakan isi hatidan pikirannya. Citra diri seorang sebagai "penguasa", seorang komandan atau direktur akan nampak ketika berkomunikasi dengan bawahannya.
Citra diri seorang yang sedang melakukan komunikasi sangat lekat sekaligus kental dengan tampilannya (performance), Citra diri dibutuhkan karena tuntutan lawan bicara yang paling asasi.
Citra diri akan mengantarkan komunikasi yang mengena oleh karenanya membimbing seorang untuk memenuhi syarat komunikasi antara lain :

  • Bersikap sopan, sesuai dengan situasi [ hubungkan dengan kaidah Warung Jamu ]
  • Penuh percaya diri [ hindari ego dan over acting ]
  • Menghargai waktu
  • Tanggung Jawab
  • Rendah hati
  • Berikan kemenangan terbaik lawan bicara.

Ingin lebih lengkap [format doc] Klik "Komunikasi OR"

MOTIVASI BERPRESTASI

MOTIVASI BERPRESTASI
Djoko Aw
di sampaikan pada :
LKMM-TD MAHASISWA UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


PENGANTAR

Gagasan awal mengetengahkan pokok-pokok pikiran dengan tajuk “Achievement Motivation” ini, dilatari pemikiran bahwa motivasi berprestasi merupakan penggerak utama ketika manusia mulai berpikir tentang sukses, dan meraih sukses.
Para pemikir dunia telah mengakuinya, gagasan demi gagasan yang terkait dengan motivasi telah dituangkan dalam buku-bukunya. Kenyataan menunjukkan kepada kita, akhir-akhir ini, setiap buku yang terbit dengan mengetengahkan motivasi hampir dipastikan menjadi, best seller’.
Motivasi sering pula dimaknakan sebagai modal dasar, yang fungsinya mendorong seorang orang untuk beraktivitas, bahkan mampu melipagandakan potensi dirinya. Kendati bukan barang yang mahal, motivasi telah menjadi komoditas yang layak dijual. Hal tersebut dikarenakan dengan bangkitnya motivasi berprestasi, akan memicu ke segenap arah kegiatan, selanjutnya berujung pada peningkatan kinerja yang tidak terbilang besarnya. Banyak organisasi besara bahkan perusahaan besar dibelahan dunia ini, mengakrabi motivasi sebagai bagian yang penting dalam menggerakkan roda organisasinya.
PILAR MOTIVASI
Terdapat tiga pilar utama yang dapat diperankan seorang-orang terkait dengan motivasi, seperti visual berikut.
  • AROUSAL
  • DIRECTION
  • MAINTENANCE

AROUSAL:
Pilar utama arousal adalah merupakan pilar motivasi yang berperan sebagai “generator” atau pembangkit, oleh karenanya sangat berkaitan erat dengan persoalan munculnya sebuah dorongan [drive], atau lebih tepat dinyatakan sebagai energi dari sebuah perilaku. Misalnya dalam praktik managerial, seorang-orang yang memiliki keinginan untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentuà “menjadi pemimpinan yang disegani”, maka kondisi inilah yang membakitkannya.


DIRECTION:
Arah tindakan yang dipilih oleh seorang-orang, merupakan pilar kedua dari sebuah motivasi. Arah inilah merupakan dasar pijak seorang menetukan pilihan [choice], yang selanjutnya pilihan ini akan memberikan atau difungsikan sebagai bingkai seorang-orang mencapai tujuannya.
Misalnya kondisi yang menggambarkan seorang berkeinginan menjadi pemimpin yang disegani, maka pilihan memberikan arah dari sebuah upaya untuk mencapai keinginan tersebut. Pilihan ini dimanifestasikan dalam tindakan, misalnya untuk mewujudkan keinginan menjadi pemimpin yang disegani, maka seorang-orang akan bekerja keras, berkomunikasi dengan baik, menghormati orang lain, dll.
MAINTENANCE:
Pilar yang ketiga adalah maintenance, pilar ini difungsikan untuk merawat agar keinginanan tersebut tercapai. Dengan maintenance ini, sebuah keinginan akan terjaga sehingga seorang-orang akan mengerahkan segenap potensinya pada salah satu keinginan yang telah dipilihnya.

Jika ingin makalah lengkap (format:doc) klik "MOTIBER"

Wednesday, March 5, 2008

MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI DALAM WIRA USAHA

”Dalam realitas sosial seorang orang yang melakukan enterprise adalah one who organize, manage, and assumes the risk of business or entreprice.
Menjalankan ini identik dengan menjalankan aktivitas yang sarwa komplek, serta mengandung banyak resiko, yang berarti lingkungan enterprise tidak pernah lepas dari resiko, sedangkan konsekuensi yang harus dibayar adalah pola sikap yang penuh mawas diri dan bertindak tepat dan cepat.
Proaktif adalah gambaran manusia yang memiliki jiwa entrepreuner, siap aksi yang dinuansai inisiatif yang tinggi.
Filosofi inilah yang merupakan pemikiran mendasar dan mendalam tentang bagaimana sebuah pekerjaan yang penuh resiko diubah menjadi sebuah peluangTatantangan dan ancaman silih berganti harus segera diantisipasi, sehingga buah yang dapat diambil adalah nilai-nilai keuntungan (profit). Bagaikan sebuah peristiwa fisis mulai dari nol derajat hingga seratus derajat, bila seorang menerjuni pekerjaan ini. Maknanya jiwa entrepreuner dibangun mulai dasar dan selanjutnya mencapi puncak. Jiwa ini jarring hadir seketika atau tiba-tiba, namun hadirnya perlu direncanakan secara matang dan dipenuhi dengan ichtiar serta niatan yang baik
BAGAIMANA KARAKTER SEORANG MOTIVASI TINGGI ?
Tuntutan yang harus dipenuhi sebagai modal diri seorang wirausaha adalah kemampuan menerawang kedepan. Yakni sebuah kemampuan diri untuk lebih memahami “kini” dan “esok” yang disertai dengan daya perenungan untuk menghadirkan “idea segar” sehingga sebuah pemikiran akan mengalir dan. Dan tidak pernah kering.
Dari berbagai riset dapat ditemukan bahwa ciri-ciri yang harus dimilki anta lain adalah sebagai berikut :
Æ Percaya diri [Self Confidence]
Æ Berorientasi pada tugas dan hasil [Taks oriented & Product]
Æ Pengambil resiko [Hight Risk]
Æ Kepemimpinan [Leadership]
Æ Keorsinilan [Originaly]
Æ Berorientasi kedepan.
Anda ingin lanjut dan lebih lengkap, silakan Klik "MOTIVASI WIRA USAHA"
Ingin Bahan Tayang Motivasi, silakan Klik"Motivasi slide 1 sd 69 Fredy[1]"

Monday, March 3, 2008

PLANNING EVENT ORGANIZATION

Kekuatan sebuah organisasi sangat ditentukan oleh ketajaman sebuah perencanaan/program, sekaligus daya dukung kemampuan dalam menempatkan perioritas program. Mulai dari program yang strategis sifatnya hingga program yang bersifat operasional. Kekuatannya akan berlipat manakala program yang diancangkan didukung dengan kemampuan managerial dengan sederetan kekuatan sumber daya manusia yang tangguh.
Dalam lingkup organisasi, misalnya oragnisasi pelatihan, hingga peramu kegiatan [event ornanization], sebenarnya harus memiliki sumber daya manusia yang siap kembang, artinya potensio yang ada tinggal digerakkan pada level yang “smart” (cerdas). Kecerdasan organisasi inilah yang mampu mengkondisi lahirnya sebuah program yang cerdas. Yakni sebuah program yang memiliki makna EER [ Efektif Efisien dan Rasioanal].
Perencanaan yang hanya menempatkan kemampuan “eratic” (tambal sulam) dapat dikatakan perencanaan yang tidak cerdas, akibatnya akan menimbulkan perilaku menyimpang (disfuctional behavior). Bentuk penyimpangan ini didahului oleh bentuk patologi kerja, yang acapkali disebut dengan “prokrastinasi” atau menunda pekerjaan. Inilah suatu bentuk realitas sosial yang sering hadir dalam kehidupan organisasi.

Menuju Planning yang “smart”
Erencanaan merupakan akumulasi dari sebuah gagasan yang memerlukan kemampuan penjabaran yang rinci, sehingga program memiliki daya sentuh langsung, dan tidak “Platonis/otophis”, namun program dituntut untuk lebih aplikatif dan mendarat.
Program yang mendarat dapat dilihat dari kaidah “WARUNG-JAMU” [waktu, ruang jumlah dan mutu ]. Walaupun sebuah perencanaan dirancang dengan baik, namun menelan biaya yang sangat besar yang tidak sesuai dengan hasil yang ditargetkan, apalagi memrlukan waktu yang lama, maka dapat dinyatakan sebagai perencanaan yang kurang cerdas.
Menuju perencaan yang cerdas maka harus dicermati beberapa kiat berikut :
ý Siapkan sebuah system yang selaras dengan program yang diancangkan melalui pendekatan sistem [system approach]
ý Gunakan logika EER (efektiff- efisien dan rasional) yang mengarah pada tingkat paling ekonomis dan paling mudah dilakukan. Manifesnya adalah bentuk penyederhanan program.
ý Lakukan keseimbangan metodik dengan teknik pelaksanaan yang selaras dengan program.
Dengan kiat tersebut maka sebuah program akan lebih mudah dicerna, sehingga kesiapan antisipasi dapat dilukukan secara dini. Artinya bila terdapat kebuntuan dalam pelaksanaan telah tersedia laternatif-alternatif penyelesesaian.
Ingin tahu lebih dalam Klik "PLAN"
Ingin Bahan tayang dalam format ppt Klik "Event"

PENGENALAN & PENGEMBANGAN DIRI

Membicarakan pengenalan dan pengembangan diri identik membangun ruang gerak berdimensi luas kepada manusia untuk mereguk kebebasan hakiki. Kebebasan hakiki adalah suatu kebebasan yang diperoleh dari upaya mengenalan diri, sehingga kekebasan ini hadir tanpa harus mengorbankan orang lain. Kebebasan hakiki, akan terpenuhi manakala setiap manusia menyadari akan dirinya, sekaligus mengenal orang lain secara mendalam dan berkesadaran. Dengan mengenal citra diri, maka menusia mengetahui karakter dirinya, selanjutnya dapat difungsikan sebagai signal untuk menempatkan posisinya dalam ranah pergaulan.
Barangkali merupakan pernyataan yang relevan dan signifikan, bila manusia didefinisikan sebagai “ Free conscious activity” manusia yang bertindak secara wajar.
Pengenalan diri merupakan modal dasar dalam mengatasi dua kondisi generik yang acapkali mengerdilkan pikir manusia, yakni “relational problem” dan “time problem”.
Mengenal diri sejak dini berarti telah menabung kemampuan dalam upaya penjinakan problema hubungan antar manusia. Bila problem yang menyangkut hubungan manusia dapat diselesaikan, maka manusia akan mampu mengembangkan diri.

“ Homo Sum ; humani nil a mealienum puto”
[ Saya adalah manusia dan tidak ada manusia lain yang terpisah dari saya]

Manusia sering di candra dengan berbagai macam istilah, homo faber, homo religius, homo sapiens, homo ludens, homo negans, homo socius, sampai homo esperans. Candra ini berlangsung terus, tanpa ada yang mencermati lebih dalam, hal ini disebabkan oleh sebuah penyenderhanaan pencermatan. Pencermatan sederhana ini hanya disandarkan pada dua hal yakni “the image of the other” citra orang lain dan “self image”.
Jika tertarik Klik "PENGENALAN " dokumen dalam "doc"
Jika ingin bahan tayang Klik "Pengenalan diri" dalam format "ppt"

DISKUSI DAN ETIKANYA

DIskusi merupakan aktivitas yang biasa dilakukan dalam berbagai lapangan seperti dalam dunia politik, kegiatan social, organisasi, kebudayaan maupun dalam dunia busnis. Dari makna kata Diskusi dapat diperoleh pemahaman bahwa didalamnya akan terlibat lebih dari satu orang. Dengan demikian Diskusi selalu terjadi percakapan-percakapan/komunikasi dalam kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil. Diskusi mematok syarat-syarat sebagai berikut :
  • Melibatkan kelompok
  • Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, yang berarti bahwa semua anggota kelompok harus terlibat dan mendapat kesempatan melihat, mendengar, serta berkomunikasi secara bebas dan langsung.
  • Mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok
  • Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
    Dari syarat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Diskusi adalah suatu proses yang teratur melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan tujuan berbagi pengalaman atau informasi, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah

Terminologi Diskusi

ecara umum makna diskusi adalah suatu proses dialogis yang melibatkan dua atau lebih individu yang saling berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mempunyai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi (information sharing ) mempertahakan pendapat (self maintenance), atau pemecahan masalah (Problem solving).
Dari makna tersebut bila dikaitkan dengan dunia organisasi kemahasiswaan maka informasi dan pemecahan masalah, adalah informasi-informasi yang bernuasakan keorganisasian.
INGIN BACA LEBIH LANJUT KLIK "DISKUSI"

DINAMIKA KELOMPOK

Dinamika Kelompok menunjuk seperangkap konsep yang dapat dipergunakan untuk melukiskan proses-proses kelompok, oleh karenannya konsep-konsep tersebut dapat pula dipakai untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna untuk meningkatkan kualitas kelompok dalam arti meningkatkan iklimnya maupun produktivitasnya.
Dinamika kelompok bersifat deskriptif, artinya tidak ada dinamika kelompok yang “baik” maupun yang “buruk”.
Dinamika kelompok pada hakikatnya adalah sistem sosial yang merupakan interaksi dinamis antara aturan dan harapan [institution- role-expectations], disatu pihak juga merupakan hakikat kebutuhan pribadi [individual - personality - needs]. Keduanya selalu terjalin dalam hubungan transaksional untuk terbinannya kelompok yang kohesif dan produktif, sebab kesamaan wawasan diantara anggota-anggotanya yang berlaianan peranan itu merupakan landasan terciptanya kehangatan kebersamaan serta kemantapan usaha pencapaian tujuan (group-climate-intention)

Kelompok adalah bentuk gugusan kerja yang harus diorganisasikan dan dikelola secara khusus. Beranggotakan individu-individu dan diorganisasikan untuk bekerja sama.
KELOMPOK YANG DINUANSAI DINAMIKA:
Keberadaan kelompok dicipta bukan untuk menghancurkan kelompok lain di dalam oraganisasi, melainkan dicipta untuk memainkan peran dalam melawan :

  • Pemborosan
  • Kualitas kerja organisasi yang buruk
  • Pola interaksi yang lamban/ produktivitas kinerja rendah
  • Memahami organisasi
Jika anda tertarik dapat Klik "Dinamika"

Sunday, March 2, 2008

GAYA KERJA


[Sebagian besar tulisan ini diambil dari buah pikir R.Matindas ]
Terdapat tiga problema yang harus disiasati manusia dalam menjalankan interaksi kehidupan, seperti bermasyarakat atau berorganisasi. Ketiga problem itu adalah : [1] relational problem; [2] time problem dan [3] natural problem. Dalam berorganisasi, yang acapkali muncul adalah problem yang berkaitan dengan interalasi antar individu[relational problem]. Jika hal ini dikenali secara cermat, maka kehadirannya justru menjadi dewa penyelamat dalam berinteraksi, karena mengenalinya identik sebuah modal antisipasi.
Terdapat lima pola dasar yang dapat dijadikan kata kunci seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.


  1. Menganggap orang lain adalah "pembantu" untuk menyelesaikan pekerjannya ataupun kepentingannya.

  2. Menganggap bahwa dirinya adalah "pembantu" orang lain untuk mencapai kepentingan orang lain itu.

  3. Menganggap bahwa dirinya dan orang lain itu adalah pribadi yang berdiri sendiri yang tidak saling tergantung satu terhadap lainnya.

  4. Menganggap bahwa dirinya dan orang lain itu bersama‑sama harus memikirkan kepentingan pihak lain.

  5. Menganggap bahwa dirinya dan orang lain itu adalah mitra kerja yang saling memiliki kepentingan dan interdependensi.

Adapun anggapan yang diyakini seseorang ketika ia berhubungan dengan yang lain, namun tetap harus disadari bahwa ketika seseorang berhubungan dengan orang lain, ia secara langsung atau tidak langsung akan terlibat dalam hal yang diinginkan

TERMINOLOGI GAYA KERJA:


Gaya Kerja bukanlah tingkah‑laku tertentu, melainkan kesatuan kumpulan tingkah laku yang mempunyai pola.
Tertawa, menangis, melompat dan merokok adalah tingkah laku, tetapi tingkah laku ini bukan GAYA‑Kerja. Dua orang atau lebih yang memiliki gaya kerja berbeda bisa saja pada saat tertentu menampilkan tingkah laku yang sama.
  • Tingkah Laku yang bukan merupakan bagian dari interaksi dengan orang lain tidak dapat digolongkan sebagai Gaya‑Kerja.
    Berjoget dengan mengikuti gaya “Inul” dan irama tertentu, adalah tingkah laku yang mempunyai pola, tetapi tetap bukan merupakan gaya kerja.
  • Beberapa tingkah laku yang mungkin muncul dalam situasi kerja, tetapi bukan didasari oleh sistem nilai dan Asumsi, juga tidak dapat digolongkan sebagai Gaya‑Kerja, kendati mempunyai pola, tetap bukan merupakan gaya kerja.
  • Gaya‑Kerja bukanlah tingkah laku itu sendiri, melainkan sebuah penyimpulan berdasarkan persamaan‑persamaan yang muncul dalam berbagai tingkah laku konkrit. Gaya‑Kerja “X” misalnya, ditandai oleh cara bertanya yang berbelit‑belit [mbulet-jawa], cara menjelaskan yang tidak to the point[bertele-tele:jawa]
  • .........Baca lanjut silakan KLIK KERJA